Karya Jurnalistik Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Ambon

Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Pengembangan Kreatifitas Pelajar Di Bidang Jurnalistik.

Indahnya Kota Ambon

Pemandangan Yang Menakjubkan Dari Lokasi Taman Christina Martha Tiahahu (Karang Panjang) Saat Matahari Terbenam.

Keindahan Alam Dan Potensi Pariwisata

The Ora - Eco Resort. Berlokasi Di Antara Negeri Sawai Dan Saleman, Pantai Ora Dengan Sejuta Keindahannya.

Panorama Alam Dan Keramah Tamahan Yang Selalu Memikat

Pemandangan Saat Mentari Terbenam Di Penginapan Atas Laut Negeri Sawai - Seram Utara.

World Peace Gong

Terletak Di Pusat Kota Ambon, World Peace Gong Menjadi Simbol Perdamaian Dunia.

Wikipedia

Search results

Monday, August 3, 2015

Langkah Pengembangan Mutu Pendidikan Dan Disiplin Waktu SMA Negeri 1 Ambon


Untuk pengembangan mutu pendidikan dan penerapan disiplin waktu yang baik, serta pemberdayaan fasilitas multimedia sekolah, SMA Negeri 1 Ambon telah mengadopsi sistem terbaru yakni  penggunaan alat Fingerprint Scanner untuk proses pendataan kehadiran dan kepulangan siswa-siswinya.




Program ini dimaksudkan agar pihak orangtua siswa dapat mengetahui informasi kehadiran putra-putrinya di sekolah. Jadi setiap selesai pendataan kehadiran siswa, akan ada notifikasi atau informasi pemberitahuan langsung kepada orangtua melalui SMS. sistem ini juga dilengkapi dengan Anjungan Informasi berupa Box Computer yang selain difungsikan untuk pemantauan proses pendataan kehadiran siswa, juga bisa digunakan untuk melihat berbagai informasi lainnya seperti data siswa, informasi kalender pendidikan, data perpustakaan sekolah, mading siswa dan galeri foto kegiatan sekolah, yang bisa diakses secara umum.

Thursday, July 23, 2015

Sekapur Sirih HUMAS SMA Negeri 1 Ambon



HUMAS DALAM KENANGAN

Oleh arahan dan keputusan Kepala Sekolah, Humas SMA Negeri 1 Ambon tahun 2015 kembali dilebur secara struktur karena berbagai pertimbangan regulasi yang berlaku. Mengakhiri masa bakti tahun 2015, Bidang Hubungan Masyarakat terus membenahi diri menyelesaikan tugas pada setiap sub Bidang Kerja : Komunikasi internal,  Komunikasi eksternal, Perayaan Hari-hari besar dan Kekeluargaan, Kerjasama dengan pihak luar, Teknisi dan Teknologi Informasi. Selama tahun pelajaran 2014-2015, Humas telah berhasil melaksanakan 80 % program pelayanan yang menjadi tanggung jawabnya, diantaranya yang mendapat apresiasi dari berbagai pihak adalah “Education Expo” 2014 yang hadiri oleh Perguruan Tinggi ternama di Indonesia dan Institusi yang menjanjikan dunia kerja bagi siswa. Selain itu sebagai upaya menjaring informasi dari masyarakat, orang tua dan siswa pada akhir tahun pelajaran, Humas telah melakukan survey kepuasan melalui Kotak saran dan angket yang setelah dianalisis ternyata sangat membantu dalam memperbaiki kinerja Guru dan seluruh civitas akademika di lembaga ini.

Pelaksanaan Rapat Kerja SMA Negeri 1 Ambon yang digelar tanggal 11 – 14 Juli 2015 merupakan karya pamungkas kami dalam memediasi lembaga SMA Negeri 1 untuk merancang Visi, Misi lima tahunan, program kerja dan RKAS. Rapat Kerja diawali dengan Diskusi Panel dengan menghadirkan pembicara dari unsur Akademisi : Prof. Dr. Th. Pentury, M.Si, Prof. Dr. F. Leiwakabessy, M.Pd, unsur Dinas Pendidikan Kota sebagai penentu kebijakan, unsur Komite, R. Louhenapessy, SH, unsur alumni Ibu Senda Titaley dan Bpk. Djafar Toumbama serta dituntun melalui kepiawaian Moderator Dr. Julian Marantika. Kami berharap produk raker tahun ini dapat dijadikan titik tumpu bagi SMA Negeri 1 Ambon untuk terus berkarya demi meningkatkan kualitas pendidikan ke depan.

INTISARI SAMBUTAN KETUA KOMITE


Mengawali sambutannya, Wali Kota Ambon Bpk. R. Louhenapessy, SH sekaligus sebagai Ketua Komite Sekolah memberi apresiasi positif kepada SMA Negeri 1 Ambon yang mampu menghadirkan tokoh-tokoh penting yang akan menyumbangkan ide/pikiran gemilangnya untuk dijadikan referens penyusunan Visi Misi sekolah 5 tahun ke depan. Menurutnya pemerintah selalu berusaha membantu sekolah-sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya memfasilitasi sarana prasarana namun terkadang dalam penggunaan kebanyakan fasilitas yang diterima hanya dijadikan sebagai pajangan. Pendidikan menduduki posisi kunci untuk menciptakan sumber daya manusia handal berkarakter. Sebagaimana filsafat kuno menyatakan bahwa jika kita hendak mendapatkan hasil puluhan tahun, tanamlah tanaman umur panjang, jika kita membutuhkan hasil dengan waktu yang singkat tanamlah tanaman umur pendek namun jika kita membutuhkan hasil yang tidak pernah berakhir dan tak terbatas demi pengembangan manusia kuncinya adalah pendidikan.  Di sisi lain kini etika dan nilai-nilai moral sudah ditinggalkan banyak orang. Apa artinya kecerdasan dan kemajuan tanpa moral. Generasi kita diperhadapkan dengan pilihan untuk bertumbuh  dengan opsi sebagai masyarakat konvensional atau masyarakat modern. Masyarakat modern dengan ciri keterbukaan, keadilan, semangat demokrasi dan kemajuan IPTEK. Bagaimana  harus berikhtiar dan waspada terhadap keterbukaan dan transparansi sambil tetap mempertahankan hak-haknya, ketahanannya terhadap dampak negatif dari kemajuan IPTEK, semuanya membutuhkan kehadiran pendidikan. Oleh sebab itu jika SMA Negeri 1 Ambon berkomitmen meng”up date” diri dengan mengevaluasi  dan menyusun kembali visi misi ke depan maka hanya melalui rapat kerja semua pelaku pendidikan (Kepala Sekolah, guru, TU) secara bersama menentukan langkah-langkah strategi yang nanti dipijak dalam peran masing-masing dalam mengembangkan sekolah dan meningkatkan kualitas pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional.

Tuesday, July 14, 2015

Rapat Kerja (RAKER) SMA Negeri 1 Ambon Tahun 2015


Rapat Kerja Tahunan SMA Negeri 1 Ambon.
Acara dibuka oleh Ibu Kepala Sekolah Dra. C. Mustamu, M.Pd



Sambutan diberikan oleh Walikota Ambon yang juga turut menghadiri kegiatan dimaksud.




Narasumber dan pembicara yang hadir untuk memberikan bantuan persepsi dan visi kritis dari berbagai kalangan.
Diantaranya berkesempatan hadir juga Rektor Universitas Pattimura Ambon Prof. Th. Pentury.
Kegiatan ini sedianya diadakan untuk kedepannya dapat lebih memajukan SMA Negeri 1 Ambon yang lebih Bermutu dan Kompetitif dengan lulusan lulusan yang siap bersaing dengan dunia yang semakin maju.

MOS SMA Negeri 1 Ambon


Orientasi Siswa atau yang lebih dikenal dengan MOS adalah kegiatan yang dilaksanakan di setiap sekolah menengah menjelang tahun ajaran baru.




Di SMA Negeri 1 Ambon, MOS dilangsungkan pada tanggal 6-9 Juli 2015 untuk para siswa baru yang berjumlah hampir 250 Orang, yang semuanya berasal dari berbagai SMP di berbagai wilayah di Provinsi Maluku.

Wednesday, April 15, 2015

Tete dan Nene Jaganti (Raksasa Tua)



Tete dan Nene Jaganti (Raksasa Tua)

Pada zaman dahulu kala, di sebuah dusun kecil hiduplah sebuah keluarga bahagia yang terdiri atas ayah, ibu dan tujuh orang anak. Ketujuh anak ini hidup rukun dan saling menyayangi satu sama lain. Setiap hari, ayah mereka pergi ke hutan untuk berburu mencari makanan, sedangkan sang ibu di rumah mengurusi dan menjaga anak-anak mereka.
Suatu kali, sang ibu hendak pergi mencuci pakaian di sungai, ia berpesan kepada anak-anaknya agar tetap di rumah dan tidak ke mana-mana hingga ia kembali.
“Nak, ibu akan pergi ke sungai di dekat kebun sana, kalian jangan ke mana-mana, tetaplah di rumah hingga ibu atau ayah mu kembali. Ibu tidak akan lama”,pesan sang ibu.
“Baik bu”, jawab anak sulung.
Kemudian ibu mereka pergi dan mereka bermain kembali seperti biasanya.Namun, belum lama setelah itu, anak yang paling bungsu tiba-tiba mengajak kakak-kakaknya untuk pergi bemain di luar.
“Kak, aku bosan di dalam rumah. Bagaimana kalau kita bermain di luar saja?”,pinta adik yang paling bungsu.
“Tidak boleh dik, kita harus taat pada ibu, kita tidak boleh keluar sendirian karena bisa bahaya, jangan sampai ada orang jahat di luar sana”, tolak sisulung.
“Ayolah kak.Hanya di sekitar rumah saja.Tidak jauh kok. Lagian kita kan beramai-ramai dan sudah cukup besar, pasti semuanya akan baik-baik saja”, rayu sang adik lagi.
“Baiklah kalau begitu, tapi kita bermain sebentar saja ya”, jawab si sulung lagi
Kakak sulung pun setuju, tapi kemudian anak  ketiga kembali mengingatkan mereka agar tetap di rumah.
“Tapi kak, tidak boleh.Kalau ibu tahu ibu pasti akan marah dan kecewa pada kita”, tambah anak ketiga.
“Sudahlah kak, kita bermain hanya sebentar saja, dan akan kembali sebelum ibu pulang. Ibu tidak akan tahu asalkan kita semua merhasiakannya”, jawab anak kelima
Setelah berdiskusi cukup lama, akhirnya mereka sepakat untuk bermain di luar bersama-sama.Mereka berlari-lari dan bermain dengan senang, tanpa sadar mereka sudah bermain terlalu jauh memasuki hutan belantara.
“Kak, aku rasa kita sudah bermain terlalu lama.Ayo kita kembali sebelum ibu pulang ke rumah duluan”, ujar anak keempat.
“Iya benar. Kita juga telah bermain terlalu jauh”, tambah anak kedua
“Ayo. Tapi… kakak tak ingat jalan untuk kembali. Bagaimana ini?”, jawab si sulung
Mereka takut dan kebingungan, tidak ada satupun diantara mereka yang ingat jalan untuk kembali. Mereka pun teringat kembali akan pesan ibu mereka dan menyesal serta merasa bersalah. Meskipun demikian, diantara mereka tidak ada yang menyalahkan satu sama lain, mereka sadar bahwa itu adalah salah mereka semua karena semuanya telah bersikap tidak taat, mereka juga sadar bahwa dengan saling menyalahkan tidak akan membawa mereka pada jalan keluar.
Di samping itu, di rumah, ayah dan ibu mereka sangat cemas dan khawatir, mereka sudah mencari anak mereka di mana-mana tapi tidak ketemu, warga sekitar pun tak ada yang melihat anak-anak mereka.
Hari sudah semakin larut, ketujuh anak ini belum juga menemukan jalan keluar.Tiba-tiba, mereka menemukan sebuah rumah yang sangat besar dan megah.Rumah tersebut terbuat dari batu bata.Kemudian, mereka melihat sepasang raksasa tua dengan wajah yang sangat ganas layaknya singa lapar keluar dari rumah tersebut. Ayah dan ibu raksasa tersebut pun datang perlahan menuju mereka, mereka menjadi sangat takut mereka berlari sekuat tenaga, tapi dengan langkah kaki yang besar membuat kedua raksasa tersebut dengan mudah dapat menjangkau  mereka. Ketujuh anak itu tidak dapat melakukan apa-apa, mereka hanya saling berpandangan satu sama lain.
“Ada apa dengan kalian?Mengapa kalian tampak ketakutan? Kami tidak akan menyakiti kalian, kami lihat kalian sepertinya tersesat,  ikutlah dengan kami, kami akan menolong kalian”, ucap salah satu raksasa dengan senyum simpul di wajahnya.
Ketakutan mereka seketika sirna. Raksasa yang tadinya mereka sangka jahat ternyata baik, raksasa tua tersebut menolong mereka. Mereka diberi makan dan diijinkan untuk menginap di rumah raksasa.Selain itu, mereka diberikan pakaian baru serta dikenakan topi. Mereka dijanjikan untuk diantar kembali ke rumah mereka  jika hari sudah pagi. Ketujuh anak itu sangat senang dan lega.Mereka tidur di kamar anak-anak raksasa yang juga berjumlah tujuh anak raksasa.
Karena sangat lelah semua anak tertidur pulas, tapi, anak ketiga masih merasa gelisah dan tak bisa tidur.Ia teringat akan ibunya yang pernah menceritakan tentang raksasa tua yang jahat. Ia pun keluar kamar untuk mencari tahu apakah raksasa tersebut jahat atau tidak.Ia berjalan melihat seisi rumah dengan sangat hati-hati. Tanpa sengaja, saat ia melewati kamar raksasa tua ia mendengar percakapan mereka.
“Anak-anak manusia itu tampak sangat lezat.Aku tak tahan untuk menyantap mereka. Kira-kira kapan kita akan memakan mereka? aku sudah tak tahan lagi.”, tanya ayah raksasa.
Sabar, tunggu sedikit lagi ketika mereka semua sudah benar-benar tertidur dan kita  akan menyantap  mereka”, jawab ibu raksasa.
“Baik. Tapi bagaimana cara kita membedakan anak-anak kita dan anak-anak manusia  itu? kamar mereka sangat gelap, aku pun sudah tua sehingga tak dapat melihat dengan baik” tanya ayah raksasa lagi.
“Tenang.Aku sudah merencanakan segalanya dengan baik.Anak-anak manusia itu semuanya sudah kukenakan topi, jika engkau ingin memakan mereka, peganglah dulu kepalanya, jika mengenakan topi maka itu adalah anak manusia, sedangkan jika tidak maka mereka adalah anak kita” jawab ibu raksasa dengan tenang.
Sesudah mendengar itu, anak ketiga menjadi sangat panik dan takut, ia kembali ke kamarnya dan membangunkan saudara-saudaranya yang lain dengan diam-diam. Ia menceritakan  apa yang telah direncanakan oleh raksasa tersebut, mereka pun menyusun rencana.Mereka semua melepas topi yang ada dan mengenakannya pada ketujuh anak raksasa.Setelah itu mereka hanya berpura-puratidur sambil menunggu kedatangan raksasa tua.
Tiba-tiba pintu kamar mulai terbuka secara perlahan, mereka berusaha menenangkan diri dan tetap berpura-pura tidur.
“Hmm, anak-anak manusia ini rasanya sangat lezat dan berbeda dengan santapan kita biasanya”, kata ibu raksasa sambil melahap santapannya.
“Iya, tapi aku merasa ada yang aneh.Apakah kau yakin ini adalah anak-anak manusia itu?Rasanya benar-benar berbeda dengan manusia lainnya yang biasa kita santap”, jawab ayah raksasa.
“Iya, aku juga merasa begitu.Tapi mungkin ini hanya perasaan kita saja.Mungkin karena santapan kali ini masih muda sehingga dagingnya terasa lebih lezat.Aku yakin ini adalah anak-anak manusia itu. Aku sudah mengenakkan topi pada mereka sebelumnya.”, jawab ibu raksasa meyakinkan ayah raksasa.
Ketujuh anak itu hanya tetap diam dan menenangkan diri sambil kadang mengintip betapa lahapnya kedua raksasa tua itu menyantap anak mereka sendiri.Kedua raksasa tua itu benar-benar menikmati santapan merekahingga yang tersisa hanyalah tulang.Setelah itu, kedua raksasa tua itu kembali ke kamar mereka tanpa sadar sedikitpun bahwa itu adalah anak mereka.Ketujuh anak ini kembali bangun dan berjaga-jaga menunggu pagi agar dapat kabur dengan segera.
Keesokan harinya, ayam mulai berkokok, sang surya mulai nampak perlahan-lahan, ketujuh anak ini bergegas pergi meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan kedua raksasa tua.Mereka berlari menjauhi rumah tersebut.Sedangkan, kedua raksasa mulai terbangun dan mencari anak-anak mereka, akhirnya mereka sadar bahwa yang semalam mereka santap adalah anak-anak mereka sendiri.Mereka menjadi sangat marah, mereka mencari ketujuh anak tersebut tapi ketujuh anak tersebut telah lari entah kemana.
Ketujuh anak tersebut akhirnya berhasil keluar dari hutan dan bertemu kembali dengan orang tua mereka. Di sana mereka sangat senang dan menceritakan pengalaman mereka pada orang tua mereka. Mereka juga berjanji untuk taat pada orang tua.Dan sejak saat itu mereka selalu hidup bahagia.Pengalaman itupun mengajarkan mereka untuk tidak langsung percaya pada orang/hal yang baru ditemukan.
Cerita mengenai raksasa tua itupun tersebar dan dikenal dengan nama “Tete  dan Nene Jaganti” dimana tete dan nene mengartikan orang yang sudah tua, dan jaganti yang berarti raksasa. Konon, keberadaan tete dan nene jaganti hingga kini masih ada dan suka muncul pada siang hari untuk menculik anak-anak yang berkeliaran di luar sebagai santapan.

BULU PAMALI




 BULU PAMALI

Konon di Dusun Waimahu, Desa Latuhalat terdapat sebuah pohon bambu keramat atau lebih dikenal oleh warga dengan sebutan “Bulu Pamali”. Kisah mengenai pohon ini bermula dari  seorang pemuda bernama Yongker.
Yongker merupakan seorang anak yatim piatu yang berasal dari Manipa. Semenjak kedua orang tuanya meninggal, ia pindah dan menetap di Benteng. Untuk memenuhi kebutuhannya, ia harus bekerja membanting tulang dengan mencari kayu di hutan dan gunung untuk kemudian dijual atau ditukar di pasar pada sore hari.
Suatu pagi, Yongker hendak pergi mencari kayu di gunung. Seperti biasanya, ia menyiapkan peralatan dan bekalnya. Setelah semuanya siap, ia berangkat dengan menggunakan perahu ke Desa Latuhalat.Dengan semangat ia mendayung perahu. Setibanya di Tanjung Latuhalat, ia lalu mengaitkan perahu di akar tanaman yang ada di situ dan mulai mendaki gunung, memasuki hutan-hutan rimbang, sambil tetap membawa peralatan dan bekalnya.
Saat mendaki, di tengah jalan ia bertemu dengan beberapa warga. Ia dengan ramah dan tanpa sungkan menyapa. Beberapa warga yang ia temui sempat mengingatkannya untuk berhati-hati dan tidak sembarang menebang pohon di hutan.
Perjalanan yang ia tempuh belum terlalu jauh dan ia sudah menemukan hutan yang ia rasa tepat. Ia sangat senang, hutan tersebut penuh dengan pepohonan dengan hamparan rerumputan hijau. Di sana, dengan gigih dan tanpa kenal lelah ia menebang pohon-pohon yang ada, ia juga memangkas daun-daun, baik yang sudah kering ataupun yang masih hijau. Daun-daun yang sudah kering akan langsung ia kumpul, sedangkan yang masih hijau ia biarkan begitu saja di bawah sinar matahari menunggu hingga kering dengan sendirinya.Karena keasyikan bekerja,Yongker taksadar, ia telah menebang banyak pohon sehingga hutan tersebut sudah tak serimbun semula.
Hari sudah siang, Yongker  pun memutuskan untuk beristirahat merebahkan diri sambil memakan bekal yang sudah ia siapkan dari rumah. Ia duduk bersandar di salah satu pohon rindang yang masih ada menikmati sejuknya angin sepoi-sepoi. Tiba-tiba makan siangnya terhenti sejenak karena mendengar suara langkah kaki. Ia berpaling mencari asal suara yang ia dengar, tapi ia tidak menemukan siapa-siapa. Bulu kuduknya merinding. Ia berusaha menghiraukannya, dan melanjutkan makan siang. Tapi, tiba-tiba ia mendengar suara seorang kakek tua.
“Wahai anak muda, apa yang sedang kau lakukan di sini?”, tanya sang kakek.
 Ia menoleh dan melihat dari arah belakang, seorang kakek tua dengan badan membungkuk dan baju yang lusuh berjalan ke arahnya.
Yongker menjadi takut, mulutnya serasa dibungkam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Apa yang dinginkan kakek tua ini,  jangan-jangan kakek tua ini adalah penunggu hutan, pikirnya.
“Nak, mengapa kamu diam? Saya adalah penjaga hutan ini, saya yang selalu mengawasi dan melestarikannya. Saya heran melihatmu menebang pohon-pohon yang ada secara sembarangan”, tanya sang kakek lagi.
Yongker menjadi semakin takut, mengapa kakek tersebut bisa mengetahui pikirannya. Ia pun memberanikan diri untuk menjawab dan memohon maaf.
“Kek, maafkan saya, saya tidak ada niat jahat apapun untuk hutan ini. Saya hanya menebang pohon-pohon yang ada untuk dijadikan kayu bakar dan dijual. Saya hidup sebatang kara, hanya ini yang bisa saya lakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup saya. Saya mohon, maafkan saya, jangan apa-apakan saya kek.”, Yongker menjawab dengan penuh ketakutan.
“Baiklah. Kakek mengerti, tapi kamu harus sadar dan tahu, menebang pohon secara sembarangan akan merusak lingkungan yang ada, dampaknya juga akan buruk bagi warga sekitar. Jika, kamu  memang ingin mengumpulkan kayu bakar, kamu dapat mengumpulkan kayu-kayu yang sudah tua dan kering, itu lebih baik dan tidak berdampak buruk bagiorang lain.”, jawab kakek.
“Iya kek, saya mengerti. Saya janji tidak akan menebang pohonsecara sembarangan lagi. Maafkan saya kek.”, jawab Yongker.
Kakek tua itupun memaafkan Yongker. Melihat Yongker taat, kakek menjadi kasihandan menolong Yongker.
“Karena kamu taat dan jujur, kakek akan menolong dan memberikan kamu sesuatu.’, ujar kakek.
Dengan sekejap muncul sebatang tongkat kayu di tangan kakek tua tersebut. Kakek pun meminta Yongker untuk menutup mata dan tidak membuka ataupun mengintip hingga kakek menyuruhnya membuka mata kembali. Tanpa basa-basi, Yongker langsung menutup mata. Kakek pun mulai menancapkan tongkat yang ia bawa ke kepala Yongker hingga masuk ke badannya secara perlahan-lahan, Yongker tetap tenang, anehnyaia tidak merasakan sakit sedikitpun. Setelah tongkat itu masuk tertancap ke dalam tubuh Yongker, kakek mulai membaca suatu mantra. Tak lama kemudian, kakek menarik kembali  tongkat itu dan menyuruh Yongker untuk membuka matanya kembali. Yongker tidak tahu apa yang terjadi, tidakada bekas luka sedikitpun di sekujur tubuhnya, ia hanya merasakan ada sesuatuyang berbeda pada tubuhnya, ia merasa lebih kuat dan segar.
“Kek, maaf saya bertanya. Tapi tadi apa yang terjadi pada saya? saya merasa lebih kuat sekarang.”, tanya Yongker dengan nada lirih agak ketakutan.
“Tenang saja, kakek hanya memberikanmu ilmu kekebalan tubuh, menurut kakek itu akan sangat bermanfaat bagimu.”, jawab kakek tua tersebut dengan tenang dan sambil tersenyum.
Kakek tua itu pun menjelaskan lebiih lanjut, ilmu yang barusaja kakek berikan adalah ilmu kekebalan tubuh, dengan ilmu itu, Yongker tidak akan mudah terserang penyakit ataupun dipukul dan diserang oleh orang jahat, selain itu, ia juga dapat menolong orang lain menyembuhkan penyakit mereka. Kakek berpesan pada Yongker untuk tidak menyalahgunakan ilmu yang ia miliki, karena jika itu terjadi maka akan menjadi malapetaka bagi dirinya sendiri. Yongker mengangguk dan berterima kasih pada kakek tua tersebut.
Tiba-tiba tanah di belakang Yongker berdiri muncul sebuah pohon bambu. Kakek tua tersebut kemudian mencabut daun yang ada di pohon itu sebanyak  tujuh lembar daun dan dilemparkan ke laut. Sesudah itu Yongker memohon pamit dan kembali.
Tiba di tempat ia mengaitkan perahu, ia terkerjut, daun yang tadi dilempar oleh kakek tua sudah berubah menjadi pulau, yang dikenal hingga kini sebagai Pulau Tujuh.
Setelah kejadian itu, Yongker tidak pernah lagi menebang pohon secara sembarangan, itu menjadi pelajaran baginya, ia juga sering mengingatkan teman-temannya untuk tidak menebang pohon secara sembarangan. Di samping itu, Yongker juga menjadi sangat terkenal karen ilmu khususnya, ia sangat senang menolong orang-orang yang kesulitan.
Sedangkan, pohon bambu itu dikenal sebagai “Bulu Pamali”, Bulu merupakan bahasa Ambon dari bambu, sedangkan pamali berarti suatu larangan atau pantangan. Berdasarkan adat,  pohon tersebut dilarang untuk ditebang dan dipercayai memiliki kekuatan khusus. Pohon tersebut juga tidak selalu dapat ditemukan, kadang menghilang dengan sendirinya, namun, kadang juga muncul. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat melihanya.