Wikipedia

Search results

Wednesday, April 15, 2015

Tete dan Nene Jaganti (Raksasa Tua)



Tete dan Nene Jaganti (Raksasa Tua)

Pada zaman dahulu kala, di sebuah dusun kecil hiduplah sebuah keluarga bahagia yang terdiri atas ayah, ibu dan tujuh orang anak. Ketujuh anak ini hidup rukun dan saling menyayangi satu sama lain. Setiap hari, ayah mereka pergi ke hutan untuk berburu mencari makanan, sedangkan sang ibu di rumah mengurusi dan menjaga anak-anak mereka.
Suatu kali, sang ibu hendak pergi mencuci pakaian di sungai, ia berpesan kepada anak-anaknya agar tetap di rumah dan tidak ke mana-mana hingga ia kembali.
“Nak, ibu akan pergi ke sungai di dekat kebun sana, kalian jangan ke mana-mana, tetaplah di rumah hingga ibu atau ayah mu kembali. Ibu tidak akan lama”,pesan sang ibu.
“Baik bu”, jawab anak sulung.
Kemudian ibu mereka pergi dan mereka bermain kembali seperti biasanya.Namun, belum lama setelah itu, anak yang paling bungsu tiba-tiba mengajak kakak-kakaknya untuk pergi bemain di luar.
“Kak, aku bosan di dalam rumah. Bagaimana kalau kita bermain di luar saja?”,pinta adik yang paling bungsu.
“Tidak boleh dik, kita harus taat pada ibu, kita tidak boleh keluar sendirian karena bisa bahaya, jangan sampai ada orang jahat di luar sana”, tolak sisulung.
“Ayolah kak.Hanya di sekitar rumah saja.Tidak jauh kok. Lagian kita kan beramai-ramai dan sudah cukup besar, pasti semuanya akan baik-baik saja”, rayu sang adik lagi.
“Baiklah kalau begitu, tapi kita bermain sebentar saja ya”, jawab si sulung lagi
Kakak sulung pun setuju, tapi kemudian anak  ketiga kembali mengingatkan mereka agar tetap di rumah.
“Tapi kak, tidak boleh.Kalau ibu tahu ibu pasti akan marah dan kecewa pada kita”, tambah anak ketiga.
“Sudahlah kak, kita bermain hanya sebentar saja, dan akan kembali sebelum ibu pulang. Ibu tidak akan tahu asalkan kita semua merhasiakannya”, jawab anak kelima
Setelah berdiskusi cukup lama, akhirnya mereka sepakat untuk bermain di luar bersama-sama.Mereka berlari-lari dan bermain dengan senang, tanpa sadar mereka sudah bermain terlalu jauh memasuki hutan belantara.
“Kak, aku rasa kita sudah bermain terlalu lama.Ayo kita kembali sebelum ibu pulang ke rumah duluan”, ujar anak keempat.
“Iya benar. Kita juga telah bermain terlalu jauh”, tambah anak kedua
“Ayo. Tapi… kakak tak ingat jalan untuk kembali. Bagaimana ini?”, jawab si sulung
Mereka takut dan kebingungan, tidak ada satupun diantara mereka yang ingat jalan untuk kembali. Mereka pun teringat kembali akan pesan ibu mereka dan menyesal serta merasa bersalah. Meskipun demikian, diantara mereka tidak ada yang menyalahkan satu sama lain, mereka sadar bahwa itu adalah salah mereka semua karena semuanya telah bersikap tidak taat, mereka juga sadar bahwa dengan saling menyalahkan tidak akan membawa mereka pada jalan keluar.
Di samping itu, di rumah, ayah dan ibu mereka sangat cemas dan khawatir, mereka sudah mencari anak mereka di mana-mana tapi tidak ketemu, warga sekitar pun tak ada yang melihat anak-anak mereka.
Hari sudah semakin larut, ketujuh anak ini belum juga menemukan jalan keluar.Tiba-tiba, mereka menemukan sebuah rumah yang sangat besar dan megah.Rumah tersebut terbuat dari batu bata.Kemudian, mereka melihat sepasang raksasa tua dengan wajah yang sangat ganas layaknya singa lapar keluar dari rumah tersebut. Ayah dan ibu raksasa tersebut pun datang perlahan menuju mereka, mereka menjadi sangat takut mereka berlari sekuat tenaga, tapi dengan langkah kaki yang besar membuat kedua raksasa tersebut dengan mudah dapat menjangkau  mereka. Ketujuh anak itu tidak dapat melakukan apa-apa, mereka hanya saling berpandangan satu sama lain.
“Ada apa dengan kalian?Mengapa kalian tampak ketakutan? Kami tidak akan menyakiti kalian, kami lihat kalian sepertinya tersesat,  ikutlah dengan kami, kami akan menolong kalian”, ucap salah satu raksasa dengan senyum simpul di wajahnya.
Ketakutan mereka seketika sirna. Raksasa yang tadinya mereka sangka jahat ternyata baik, raksasa tua tersebut menolong mereka. Mereka diberi makan dan diijinkan untuk menginap di rumah raksasa.Selain itu, mereka diberikan pakaian baru serta dikenakan topi. Mereka dijanjikan untuk diantar kembali ke rumah mereka  jika hari sudah pagi. Ketujuh anak itu sangat senang dan lega.Mereka tidur di kamar anak-anak raksasa yang juga berjumlah tujuh anak raksasa.
Karena sangat lelah semua anak tertidur pulas, tapi, anak ketiga masih merasa gelisah dan tak bisa tidur.Ia teringat akan ibunya yang pernah menceritakan tentang raksasa tua yang jahat. Ia pun keluar kamar untuk mencari tahu apakah raksasa tersebut jahat atau tidak.Ia berjalan melihat seisi rumah dengan sangat hati-hati. Tanpa sengaja, saat ia melewati kamar raksasa tua ia mendengar percakapan mereka.
“Anak-anak manusia itu tampak sangat lezat.Aku tak tahan untuk menyantap mereka. Kira-kira kapan kita akan memakan mereka? aku sudah tak tahan lagi.”, tanya ayah raksasa.
Sabar, tunggu sedikit lagi ketika mereka semua sudah benar-benar tertidur dan kita  akan menyantap  mereka”, jawab ibu raksasa.
“Baik. Tapi bagaimana cara kita membedakan anak-anak kita dan anak-anak manusia  itu? kamar mereka sangat gelap, aku pun sudah tua sehingga tak dapat melihat dengan baik” tanya ayah raksasa lagi.
“Tenang.Aku sudah merencanakan segalanya dengan baik.Anak-anak manusia itu semuanya sudah kukenakan topi, jika engkau ingin memakan mereka, peganglah dulu kepalanya, jika mengenakan topi maka itu adalah anak manusia, sedangkan jika tidak maka mereka adalah anak kita” jawab ibu raksasa dengan tenang.
Sesudah mendengar itu, anak ketiga menjadi sangat panik dan takut, ia kembali ke kamarnya dan membangunkan saudara-saudaranya yang lain dengan diam-diam. Ia menceritakan  apa yang telah direncanakan oleh raksasa tersebut, mereka pun menyusun rencana.Mereka semua melepas topi yang ada dan mengenakannya pada ketujuh anak raksasa.Setelah itu mereka hanya berpura-puratidur sambil menunggu kedatangan raksasa tua.
Tiba-tiba pintu kamar mulai terbuka secara perlahan, mereka berusaha menenangkan diri dan tetap berpura-pura tidur.
“Hmm, anak-anak manusia ini rasanya sangat lezat dan berbeda dengan santapan kita biasanya”, kata ibu raksasa sambil melahap santapannya.
“Iya, tapi aku merasa ada yang aneh.Apakah kau yakin ini adalah anak-anak manusia itu?Rasanya benar-benar berbeda dengan manusia lainnya yang biasa kita santap”, jawab ayah raksasa.
“Iya, aku juga merasa begitu.Tapi mungkin ini hanya perasaan kita saja.Mungkin karena santapan kali ini masih muda sehingga dagingnya terasa lebih lezat.Aku yakin ini adalah anak-anak manusia itu. Aku sudah mengenakkan topi pada mereka sebelumnya.”, jawab ibu raksasa meyakinkan ayah raksasa.
Ketujuh anak itu hanya tetap diam dan menenangkan diri sambil kadang mengintip betapa lahapnya kedua raksasa tua itu menyantap anak mereka sendiri.Kedua raksasa tua itu benar-benar menikmati santapan merekahingga yang tersisa hanyalah tulang.Setelah itu, kedua raksasa tua itu kembali ke kamar mereka tanpa sadar sedikitpun bahwa itu adalah anak mereka.Ketujuh anak ini kembali bangun dan berjaga-jaga menunggu pagi agar dapat kabur dengan segera.
Keesokan harinya, ayam mulai berkokok, sang surya mulai nampak perlahan-lahan, ketujuh anak ini bergegas pergi meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan kedua raksasa tua.Mereka berlari menjauhi rumah tersebut.Sedangkan, kedua raksasa mulai terbangun dan mencari anak-anak mereka, akhirnya mereka sadar bahwa yang semalam mereka santap adalah anak-anak mereka sendiri.Mereka menjadi sangat marah, mereka mencari ketujuh anak tersebut tapi ketujuh anak tersebut telah lari entah kemana.
Ketujuh anak tersebut akhirnya berhasil keluar dari hutan dan bertemu kembali dengan orang tua mereka. Di sana mereka sangat senang dan menceritakan pengalaman mereka pada orang tua mereka. Mereka juga berjanji untuk taat pada orang tua.Dan sejak saat itu mereka selalu hidup bahagia.Pengalaman itupun mengajarkan mereka untuk tidak langsung percaya pada orang/hal yang baru ditemukan.
Cerita mengenai raksasa tua itupun tersebar dan dikenal dengan nama “Tete  dan Nene Jaganti” dimana tete dan nene mengartikan orang yang sudah tua, dan jaganti yang berarti raksasa. Konon, keberadaan tete dan nene jaganti hingga kini masih ada dan suka muncul pada siang hari untuk menculik anak-anak yang berkeliaran di luar sebagai santapan.

0 comments:

Post a Comment